Konsumsi Obat Anti Tbc Di Lini Pertama untuk Pasien TBC yang Mengalami Hepatotoksisitas
Abstract
Rata-rata jumlah pasien poli paru di RSUD Bojonegoro periode Januari – November 2019 sebanyak 580. Setiap bulan 124 pasien tuberkulosis menjalani terapi obat anti tuberkulosis lini pertama. Sebanyak 24 pasien tercatat mengalami efek hepatotoksik akibat penggunaan obat anti tuberkulosis. Penelitian merupakan langkah untuk mendapatkan data fungsi hati yang mengalami peningkatan efek samping. Obat anti TB lini pertama yang dikonsumsi adalah isoniazid dan pirazinamid yang menyebabkan hepatotoksisitas dengan peningkatan kadar SGOT dan SGPT yang nyata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan obat antituberkulosis dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan SGOT/SGPT lini pertama pada pasien tuberkulosis yang mengalami hepatotoksisitas. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data pasien yang tercatat di poliklinik paru RSUD Bojonegoro pada bulan November 2019 sampai dengan Juni 2020. Sampel penelitian ini adalah serum dari 24 pasien yang datanya telah dicatat dan memiliki keluhan hepatotoksisitas. Penelitian menunjukkan bahwa dari data 24 pasien lebih banyak pasien TB Paru didapatkan 66,7% pasien adalah laki-laki dan 58,3% pasien TB Paru berusia antara 31-50 tahun. Penelitian ini memperoleh hasil pemeriksaan bahwa 4 pasien TB mengalami hepatotoksisitas dengan peningkatan kadar SGOT, dan 6 pasien TB mengalami hepatotoksisitas dengan peningkatan kadar SGPT. Peningkatan kadar SGOT dan SGPT dapat dipengaruhi oleh konsumsi obat Rifampisin dan Isoniazid yang memiliki efek samping berupa mual dan muntah.